// 8 Januari 2010 // Berita
Hal kecil yang terlalu dipersoalkan bisa jadi berita besar. Belum lagi jika terjadi distorsi informasi dari sumber berita ke telinga pendengar. Hal ini mungkin sudah lazim di Indonesia belakangan ini. Kasus yang menimpa bintang film Luna Maya yang berbuntut pada penuntutan adalah salah satunya. Namun kali ini kita akan membicarakan kesalahpahaman pada bintang yang lain, bintang yang sebenarnya.
Tersebutlah bintang bernama T Pyxidis, bintang ganda di rasi Pyxis. Cahaya yang dipancarkannya membutuhkan waktu 3260 tahun cahaya untuk sampai ke Bumi. Artinya, cahaya yang kita lihat sekarang adalah cahaya yang dilepaskan saat wilayah yang sekarang kita kenal sebagai negara Irak masih dikuasai oleh peradaban Mesopotamia, 1000 SM.
T Pyxidis merupakan bintang yang mengalami nova (kenaikan kecerlangan) secara berulang dengan periode kira-kira 20 tahun. Nova yang berulang disebabkan oleh aliran massa yang berpindah dari sebuah bintang ke bintang pasangannya. Apabila massa yang dipindahkan mencapai batas maksimal yang bisa ditahan oleh bintang pasangan maka bintang akan meledak. Selama 40 tahun terakhir 2 perulangan tidak terjadi dan menyisakan pertanyaan. Lazimnya, bintang-bintang yang mengalami aktivitas perpindahan massa seperti T Pyxidis akan mengakhiri hidup sebagai supernova Tipe Ia.
Hasil penelitian terbaru untuk T Pyxidis dipresentasikan oleh Edward M. Sion pada pertemuan Masyarakat Astronomi Amerika awal tahun ini. Dalam presentasi tersebut Sion memberikan nilai energi yang bisa dihasilkan oleh supernova Tipe Ia. Terang saja Alex Filipenko, profesor dari Universitas Berkeley yang merupakan peneliti Semburan Sinar-Gamma, menolak angka yang diberikan oleh Sion. Perdebatan pun terjadi dan hasilnya, Sion salah memperkirakan T Pyxidis akan berakhir sebagai Semburan Sinar-Gamma.
Telegraph, koran harian di Inggris, menurunkan berita berjudul “Bumi Akan Disapu Ledakan Supernova.” Judul yang sangat fenomenal.
Semburan Sinar-Gamma adalah “ledakan” paling dahsyat di alam semesta. Ledakan ini merupakan hasil keruntuhan bintang masif atau penggabungan dua bintang neutron atau penggabungan lubang hitam. Energi yang dihasilkan pada dua proses yang telah disebutkan sebelumnya difokuskan dalam sebuah jet tipis namun memiliki energi yang setara dengan energi diam Matahari. Jika terjadi di dalam galaksi Bima Sakti dengan jet yang mengarah langsung ke Bumi maka penduduk Bumi akan berada dalam bahaya. Diperkirakan kepunahan massal di Bumi 450 juta tahun lalu disebabkan oleh Semburan Sinar-Gamma di dalam galaksi.
Sion salah memperkirakan ledakan yang dihasilkan supernova adalah setara dengan ledakan yang ditimbulkan jet pada Semburan Sinar-Gamma. Teori evolusi bintang tidak memberi kemungkinan T Pyxidis berakhir sebagai Semburan Sinar-Gamma.
Jika T Pyxidis berakhir sebagai supernova maka posisinya harus 10 kali lebih dekat dari jarak sekarang untuk menghasilkan efek yang membahayakan makhluk Bumi. Jarak sebesar 3260 tahun cahaya adalah jarak yang sangat besar untuk ditempuh lontaran materi yang dihasilkan supernova.
Terakhir, kita harus mempertimbangkan bahwa skala waktu astronomis jauh berbeda dengan skala waktu yang biasa kita jumpai sehari-hari. Ketika astronom mengatakan “sesuatu akan terjadi dalam waktu dekat” maka ia bermaksud kejadian tersebut akan terjadi dalam waktu jutaan tahun. Satu juta tahun adalah masa yang singkat untuk skala waktu hidup bintang. Jika kita bandingkan dengan skala umur manusia, satu juta tahun setara dengan satu bulan bagi manusia yang hidup hingga usia 70 tahun.
Jadi, hati-hati mencerna berita yang tampak fenomenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar